Merelakan
“Maukah kau merelakan ku?”
Merelakan?
Hah, merelakan apalagi wahai tuan?
Merelakan kamu yang memboncengi perempuan itu dikala sore
itu
Merelakan kamu mengejar dia yang padahal dia masih terpaut
dengan hati yang lain
Merelakan kamu pada waktu itu memberikan senyuman manismu
kepadaku
Merelakan kamu yang tertawa riang bersama perempuan itu
Merelakan kamu melihatmu tersenyum berjalan beriringan
bersama perempuan itu yang padahal perempuan itu wajah nya tidak mengguratkan
senyum ketika bersamamu
Merelakan kamu yang menggalaukan dia padahal dia sedang
menggalaukan tambatan hatinya
Merelakan kamu yang begitu religius sanggup membonceng perempuan itu
Merelakan kamu yang menyapa ku dengan suara lemah lembut dan
suara khasmu
Merelakan kamu yang duduk berhadapan dengan dia yang padahal
sibuk dengan ponsel genggam nya
Merelakan kamu? Iya, aku sudah melakukan nya dan sedang
melakukannya. Tapi, sebentar kudengar hubungan kalian merenggang? Oh baguslah.
Lagipula, mengapa juga tuan mengejar puan yang masih
mempunyai tambatan hati, yang masih mencintai tambatan hatinya, yang masih
menggalaukan tambatan hatinya.
Cukup tuan, kau harus bahagia. Walau kau tidak tahu
bagaimana perasaanku. Setidaknya, aku ingin melihatmu bahagia. Bahagia, dengan
perempuan yang juga melakukan timbal balik dengan apa yang kau lakukan dengan
nya. Tolong, kau perlu bahagia tuan. Aku ingin kau bahagia tuan, tolonglah kau bahagia.
5 Januari 2019.
Komentar
Posting Komentar